Aqidah Imam Sufyan ats-Tsauriy

اعتقاد أبي عبد الله سفيان بن سعيد الثوري

أَخْبَرَنَا محمد بن عَبْدُ الرحمنِ بن العَبَّاس حَدَّثَنَا أَبُو الْفَضْلِ شُعَيْبُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الرَّاجْيَانِ، قَال: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَرْبٍ الطَّائِيُّ الْمَوْصِلِيُّ بِسُرَّ مَنْ رَأَى فِي سَنَةِ سَبْعٍ وَخَمْسِينَ وَمِائَتَيْنِ. قَالَ: سَمِعْتُ شُعَيْبَ بْنَ حَرْبٍ،

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Abdirrahman bin Al-‘Abbas, ia berkata: “Telah menyampaikan kepada kami Abu Al-Fadhl Syu’aib bin Muhammad bin Ar-Rajiyan, ia berkata: Telah menyampaikan kepada kami ‘Aliy bin Harbi Al-Muwashaliy di Surra man Raa pada tahun 257 H , beliau berkata: Saya mendengar Syu’aib bin Harb berkata:

يَقُولُ: قُلْتُ لأَبِي عَبْدِ اللَّهِ سُفْيَانَ بْنِ سَعِيدِ بْنِ مُنْذِرٍ الثَّوْرِيِّ: حَدِّثْنِي بِحَدِيثٍ مِنَ السُّنَّةِ يَنْفَعُنِي اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ. فَإِذَا وَقَفْتُ بَيْنَ يَدَيِ اللهِ تبارك وتعالى وَسَأَلَنِي عَنْهُ. فَقَالَ لِي: مِنْ أَيْنَ أَخَذْتَ هَذَا؟ قُلْتُ: يَا رَبِّ حَدَّثَنِي بِـهَذَا الـحَدِثِ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، وَأَخَذْتُهُ عَنْهُ؛ فَأَنْجُوَ أَنَا وَتُؤْخَذَ أَنْتَ.

Aku berkata kepada Abi ‘Abdillah Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauriy: Kabarkanlah kepadaku suatu hadits dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang Allah akan memberikan manfaat kepadaku dengannya jikalau aku telah berada dihadapan-Nya dan Dia menanyaiku tentangnya. Dan Allah berfirman kepadaku: Dari mana engkau dapatkan hal itu? Aku akan katakan: Ya Rabb, Sufyan Ats-Tsauriy memberitahukan kepadaku perkataan tersebut, maka aku mengambilnya darinya, dan akupun terbebaskan dan engkaulah yang akan dimintai pertanggung jawabannya.

فَقَالَ لِي سُفْيَانُ: يَا شُعَيْبُ هَذَا تَوْكِيدٌ وَأَيُّ تَوْكِيدٍ، اكْتُبْ:

Kemudian beliau -Ats Tsauriy- berkata: Ya Syu’aib, ini adalah sebuah penegasan, sungguh-sungguh suatu penegasan. Tulislah!:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ؛

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang;

الْقُرْآنُ كَلامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ، مِنْهُ بَدَأَ وَإِلَيْهِ يَعُودُ، وَمَنْ قَالَ غَيْرَ هَذَا فَهُوَ كَافِرٌ،

  1. Al-Quran adalah kalam (firman) Allah, bukan makhluk. Dari-Nya Al-Qur’an itu berasal dan kepada-Nya ia kembali. Barangsiapa mengatakan selain seperti ini maka dia adalah kafir,

وَالإِيـمَانُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ وَنِيَّةٌ، يَزِيدُ وَيَنْقُصُ، يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ، وَلا يَجُوزُ الْقَوْلُ إِلا بِالْعَمَلِ، وَلا يَجُوزُ الْقَوْلُ وَالْعَمَلُ إِلا بِالنِّيَّةِ، وَلا يَجُوزُ الْقَوْلُ وَالْعَمَلُ وَالنِّيَّةُ إِلا بِـمُوَافَقَةِ السُّنَّةِ.

  1. Dan Iman terdiri dari perkataan, perbuatan dan niat, dan iman dapat bertambah dan berkurang: bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan berkurang dengan kemaksiatan kepada-Nya. Dan tidak diperbolehkan (yakni tidak diterima) perkataan kecuali harus diiringi dengan perbuatan, dan tidak diperbolehkan perkataan dan perbuatan kecuali diawali dengan niat, dan tidak diperbolehkan perkataan dan perbuatan dan niat kecuali dengan hal-hal yang sesuai sunnah.

قَالَ شُعَيْبٌ: فَقُلْتُلَهُ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ وَمَا مُوَافَقَةُ السُّنَّةِ؟

Berkata Syu’aib: Kemudian aku berkata kepada beliau: Wahai Abu Abdillah, apa yang dimaksud dengan kesesuaian diatas Sunnah?

قَالَ: تَقْدِمَةُ الشَّيْخَيْنِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، يَا شُعَيْبُ لا يَنْفَعُكَ مَا كَتَبْتُ حَتَّى تُقَدِّمَ عُثْمَانَ وَعَلِيًّا عَلَى مَنْ بَعْدَهُمَا.

  1. Ia berkata: “Yaitu mengedepankan keutamaan dua Syaikh kita: Abu Bakar dan ‘Umar radhillahu ‘anhuma, Wahai Syu’aib, tidaklah bermanfaat untukmu apa-apa yang engkau tulis sampai engkau mendahulukan ‘Utsman dan ‘Ali atas semua yang setelah mereka berdua.

يَا شُعَيْبُ بْنَ حَرْبٍ لا يَنْفَعُكَ مَا كَتَبْتُ لَكَ حَتَّى لا تَشْهَدَ لأَحَدٍ بِـجَنَّةٍ وَلا نَارٍ إِلا الْعَشَرَةَ الَّذِينَ شَهِدَ لَـهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَكُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ.

  1. Wahai Syu’aib bin Harb, tidaklah bermanfaat untukmu apa yang engkau tuliskan terkecuali engkau tidak memberikan persaksian bagi seseorang bahwa ia sebagai penghuni surga ataukah neraka, kecuali untuk sepuluh orang yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersaksi kepada mereka, dan mereka semuanya dari kaum Quraisy.

يَا شُعَيْبُ بْنَ حَرْبٍ لا يَنْفَعُكَ مَا كَتَبْتُ لَكَ حَتَّى تَرَى الْمَسْحَ عَلَى الْـخُفَّيْنِ دُونَ خَلْعِهِمَا أَعْدَلَ عِنْدَكَ مِنْ غَسْلِ قَدَمَيْكَ.

  1. Wahai Syu’aib bin Harb, tidaklah bermanfaat untukmu apa-apa yang engkau tulis sampai engkau berpendapat bahwa mengusap dua khuf (sepatu) tanpa menaggalkannya lebih utama bagimu daripada mencuci kedua kakimu.

يَا شُعَيْبُ بْنَ حَرْبٍ ولا يَنْفَعُكَ مَا كَتَبْتُ حَتَّى يَكُونَ إِخْفَاءُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِي الصَّلاةِ أَفْضَلَ عِنْدَكَ مِنْ أَنْ تَجْهَرَ بِهَا.

  1. Wahai Syu’aib bin Harb, dan tidaklah bermanfaat apa yang engkau tulis, sampai engkau membacakan dengan lirih بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ dalam shalat, lebih utama bagimu daripada engkau mengeraskannya.

يَا شُعَيْبُ بْنَ حَرْبٍ لا يَنْفَعُكَ الَّذِي كَتَبْتُ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ حُلْوِهِ وَمُرِّهِ، كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ عز وجل

  1. Wahai Syu’aib bin Harb, tidaklah bermanfaat bagimu apa yang engkau tulis sampai engkau beriman kepada Qadar, yang baik maupun yang buruk, yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, bahwa kesemuanya berasal dari Allah Azza wa Jalla.

يَا شُعَيْبُ بْنَ حَرْبٍ؛ وَاللَّهِ مَا قَالَتِ الْقَدَرِيَّةُ مَا قَالَ اللَّهُ، وَلا مَا قَالَتِ الْمَلائِكَةُ، وَلا مَا قَالَ النَّبِيُّونَ، وَلا مَا قَالَ أَهْلُ الْجَنَّةِ، وَلا مَا قَالَ أَهْلُ النَّارِ، وَلا مَا قَالَ أَخُوهُمْ إِبْلِيسُ لَعَنَهُ اللَّهُ:

  1. Wahai Syu’aib bin Harb, Demi Allah, tidaklah Al-Qadariyyah berpendapat sebagaimana yang difirmankan oleh Allah, tidak sebagaimana yang dikatakan oleh para malaikat, tidak sebagaimana yang dikatakan oleh para Nabi, tidak sebagaimana yang dikatakan para penghuni surga, tidak sebagaimana yang dikatakan para penghuni neraka, tidak sebagaimana yang dikatakan oleh saudara mereka Iblis semoga Allah melaknat-nya:

قَالَ اللَّهُ عز وجل {أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ}، وَقَالَ تَعَالَى: {وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ}،

Allah Azza wa Jalla berfirman: {Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?} (QS. Al-Jatsiyah/45: 23), dan Allah Ta’ala berfirman: {Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah} (QS. Al-Insan/76: 30),

وقَالَتِ الْمَلائِكَةُ: {سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ}،

Dan berkata malaikat: {Mereka menjawab: Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana} (QS. Al-Baqarah: 32),

وَقَالَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلامُ: {إِنْ هِيَ إِلا فِتْنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَاءُ وَتَهْدِي مَنْ تَشَاءُ}، وَقَالَ نُوحٌ عَلَيْهِ السَّلامُ: {وَلا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}، وَقَالَ شُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلامُ: {وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا}،

Dan Nabi Musa ‘alahissalam berkata: {Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki} (QS. Al-A’raf/7: 155), dan berkata Nabi Nuh ‘alahissalam: {Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan} (QS. Hud/11: 34), dan berkata Nabi Syu’aib ‘alahissalam: {Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki (nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu} (QS. Al-A’raf/7: 89),

وَقَالَ أَهْلُ الْجَنَّةِ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ}،

Dan berkata penghuni surga: {Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk} (QS. Al-A’raf/7: 43),

وَقَالَ أَهْلُ النَّارِ: {رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ}،

Dan berkata penghuni neraka: {kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat} (QS. Al-Mu’minun/23: 106)

وَقَالَ أَخُوهُمْ إِبْلِيسُ لعنه الله: {رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ}.

Dan berkata saudara ahli neraka – Iblis – la’anahullah berkata: {Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi} (QS. Al-Hijr/15: 39).

يَا شُعَيْبُ لا يَنْفَعُكَ مَا كَتَبْتُ حَتَّى تَرَى الصَّلاةَ خَلْفَ كُلِّ بَرٍّ وَفَاجِرٍ، وَالْحَجَّ وَالْجِهَادَ مَاضٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالصَّبْرَ تَحْتَ لِوَاءِ السُّلْطَانِ؛ جَائِرٌ أَمْ عَدْلٌ.

  1. Wahai Syu’aib, tidaklah bermanfaat apa yang engkau tulis sampai engkau mengetahui bahwa:
  • Sholat diperbolehkan (bermakmum kepada) orang yang baik dan orang fajir,
  • dan perkara  jihad   disyari’atkan   hingga   datangnya   hari kiamat,
  • dan bersabar di bawah kepemimpinan seorang penguasa baik yang lalim ataukah yang adil.

قَالَ شُعَيْبٌ: قُلْتُ لِسُفْيَانَ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ الصَّلاةُ كُلَّهَا؟

Berkata Syu’aib: Kemudian aku bertanya pada Sufyan: Wahai Abu ‘Abdillah, apakah sholat keseluruhannya?

قَالَ: لا؛ وَلَكِنْ صَلاةُ الْجُمُعَةِ وَالْعِيدَيْنِ؛ صَلِّ خَلْفَ مَنْ أَدْرَكْتَ، وَأَمَّا سَائِرُ ذَلِكَ فَأَنْتَ مُخَيَّرٌ، لَا تُصَلِّيَ إِلا خَلْفَ مَنْ تَثِقُ بِهِ، وَتَعْلَمُ أَنَّهُ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ.

Maka ia menjawab: Tidak, melainkan sholat berjama’ah dan sholat ‘ied pada dua hari raya. Shalatlah di belakang orang-orang yang telah engkau temui, adapun keseluruhan sholat maka engkau boleh memilih dan janganlah engkau shalat kecuali di belakang orang yang engkau percaya kepadanya, dan engkau ketahui bahwa ia termasuk dalam golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

يَا شُعَيْبُ بْنَ حَرْبٍ إِذَا وَقَفْتَ بَيْنَ يَدَيِ اللهِ عز وجل فَسَأَلَكَ عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ فَقُلْ: يَا رَبِّ حَدَّثَنِي بِهَذَا الْحَدِيثِ سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ الثَّوْرِيُّ، ثُمَّ خَلِّ بَيْنِي وَبَيْنَ رَبِّي عز وجل.

Wahai Syu’aib, saat engkau berada dihadapan Allah Azza wa Jalla, dan Ia menanyaimu tentang perkataan ini, maka katakanlah: Wahai Rabb-ku, perkataan ini disampaikan kepadaku oleh Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauriy, Kemudian tinggalkanlah perkara itu menjadi urusanku dengan Rabb-ku.[]

DOWNLOAD
Download CHM atau Download ZIP atau Download PDF atau Download Word
Catatan: Versi terjemah sudah diposting 7 tahun yang lalu di link ini, pada eBook disertakan komentar pentahqiq dan eBook versi CHM kami sertakan pula biografi imam ast-Tsauriy-semoga Allah merahmatinya-

Tentang Ibnu Majjah
Penuntut Ilmu, [Insya Allah] bermanhaj Ahlussunnah

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.